Selasa, 19 Juli 2016

GAYA DAN STRUKTUR PENULISAN ILMIAH POPULER


Oleh :
© A. Zaini Bisri
[ Redaktur Pelaksana Harian Suara Merdeka; pemegang sertifikat pelatih dari PWI Pusat; mantan Direktur Lembaga Pendidikan Wartawan PWI Jawa Tengah ]



Gaya Penulisan

Secara umum gaya bahasa penulisan ilmiah populer dibedakan atas :
·         Gaya bahasa sastra
·         Gaya bahasa bukan sastra (gaya bahasa fungsional)


Kedua gaya penulisan itu dapat diperinci lagi menjadi :

1.       Gaya bahasa pergaulan resmi
-          Bahasa komunikasi resmi antara pejabat pemerintah dan rakyatnya.
-          Bersifat perintah, sering berbelit-belit, bernuansa basa-basi.

2.       Gaya bahasa keilmuan
-          Bahasa kebenaran ilmu beserta dalil-dalilnya yang logis dan objektif.
-          Karya ilmiah, hasil penelitian, artikel jurnal ilmiah, dan materi/modul/hand out perkuliahan.
-          Jarang menggunakan ungkapan literer, cenderung kering, miskin diksi, kurang variasi.

3.       Gaya bahasa media massa / jurnalistik
-          Menginformasikan peristiwa / wacana yang faktual.
-          Berita dan artikel surat kabar, majalah / tabloid.
-          Melukiskan peristiwa / fakta secara lengkap dengan mengedepankan unsur 5 W (where, who, when, what, why) dan 1 H (how), menyajikan lead (teras berita / artikel) secara menarik dan cenderung memakai judul yang atraktif.

4.       Gaya bahasa sehari-hari
-          Melaksanakan komunikasi secara informal dan santai.
-          Bahasan pergaulan sehari-hari.
-          Konstruksi kalimat longgar (tidak membutuhkan kaidah gramatika), cenderung pendek-pendek (karena orang yang diajak berbicara ada di depan mata / di seberang pesawat telepon).
Contoh :
Yuk, kita pergi ke salon,” kata Tuti.
Bentar dong, aku masih ribet nih nyiapin sarapan buat bokap,” jawab Wati.

5.       Gaya bahasa sastra
-          Mengekspresikan suatu peristiwa / fakta secara naratif, subjektif, dan emosional.
-          Ekspresi tersebut memunculkan kesan-kesan tertentu dalam bahasa yang digunakan.
-          Karya sastra (fiksi dan puisi)
Contoh :
a.       Malam itu wajahmu bagaikan bulan yang dihias awan.
b.      Prestasinya terdongkrak oleh dukungan orang tuanya.



Ø  Unsur-unsur Pendukung Gaya Penulisan

Karena dewasa ini sulit menemukan suatu karya jurnalistik yang hanya menggunakan satu jenis gaya bahasa, melainkan kombinasi dari berbagai jenis gaya, maka artikel jurnalistik dapat secara bervariasi menggunakan unsur-unsur pendukung gaya bahasa sebagai berikut :

1.)    Perbandingan, yakni membandingkan sesuatu dengan sesuatu yang lain untuk memperkuat gambaran. Bentuk-bentuk perbandingan yang umum :

(a) Perumpamaan
Contoh : Wajahmu bagai pinang dibelah dua.
(b) Metafora
Contoh : Bicaramu amat menyayat hati.
(c) Personifikasi
Contoh : Tangismu melahirkan iba banyak orang.
(d) Dipersonifikasi
Contoh : Kalau kau jadi mejanya, aku jadi kaki mejanya.
(e) Antitesis
Contoh : Para koruptor berpesta di atas penderitaan rakyat.
(f) Alegori
Contoh : Jerry mempermainkan Tom tanpa rasa takut.
(g) Pleonasme
Contoh : Saya menyaksikan perampokan sadis itu dengan mata kepala saya sendiri.


2.)    Pertentangan, yakni mempertentangkan / melebih-lebihkan sesuatu untuk memberi penekanan maksud. Bentuk-bentuknya yang umum :

(a) Hiperbola
Contoh : Tubuh Bu Dewi sampai kurus kering memikirkan ulah suaminya.
(b) Litotes
Contoh : Ah, saya hanya pegawai kecil.
(c) Ironi
Contoh : Wah, kamu sekarang rajin ya, sudah jadi bos sih.
(d) Paradoks
Contoh : Pak Raden kegerahan ketika pertama kali menginap di Tawangmangu yang sejuk.





Struktur Penulisan


1)      Judul
Secara teoritis, struktur artikel jurnalistik terdiri atas judul (head), teras (lead), tubuh (body), dan penutup (ending).

Prinsip-prinsip judul :
ü  Substansial, yakni mencerminkan keseluruhan isi artikel.
ü  Esensial, yakni menampilkan esensi utama dari topik artikel.
ü  Menarik.

Unsur-unsur yang dapat membuat sebuah judul menarik adalah :
§  Menampilkan teka-teki atau rasa penasaran pada pembaca, misalnya dengan membuat judul dalam kalimat bertanya.
Contoh :
a.       Berdosakah poligami? (atau Poligami, berdosakah?)
b.      Benarkah istighotsah menjamin siswa sukses UN?
§  Meminjamkan ungkapan yang sudah dikenal.
Contoh :
Jangan ada dusta di antara kita
§  Melalui puitisasi ungkapan yang wajar.
Contoh :
        Ketika musim pidana korupsi tiba


2)      Teras
Teras (lead) biasanya diberlakukan pada struktur berita. Tetapi dalam artikel jurnalistik, prinsip teras juga bisa diberlakukan dan letaknya menyatu dalam alinea pembuka.


3)      Alinea pembuka
a.       Model kisah
Contoh :
Malam itu, sesosok tubuh ditemukan sudah tak bernyawa......

b.      Model pertanyaan
Contoh :
Benarkah Rahma Azhari puas dengan perceraiannya? Bukankah dia akhir-akhir ini mengaku mulai kesepian? Menurut cerita dari seorang teman dekatnya,.......

c.       Model deskriptif
Contoh :
Dari pernyataan dan ungkapan para anggota Komisi III DPR RI yang melakukan fit and proper test terhadap calon hakim Mahkamah Konstitusi, terkesan proses seleksi itu betul-betul serius dan dapat dipertanggungjawabkan. Padahal, ternyata mereka hanya kongkalikong dengan teman sendiri. Terbukti yang terpilih adalah Mahfud MD (FPKB) dan Akil Mochtar (FPG) yang merupakan anggota Komisi III. Satu lagi, Jimly Asshiddiqie, yang sudah terbukti kompetensinya, nyaris tak terpilih kalau tidak didukung PPP.

d.      Model kutipan ucapan terkenal
Contoh :
Jangan sekali-kali melupakan sejarah. Ungkapan Bung Karno ini, agaknya, masih relevan untuk kita gunakan dalam menyelesaikan kemelut politik bangsa belakangan ini.

e.      Model sapaan
Contoh :
Wahai warga Semarang, jangan cepat melupakan masa-masa indah kita di masa kepemimpinan Wali Kota Soetrisno Suharto dulu. Setiap hari ada pembenahan selokan, pernertiban PKL, perbaikan dan pelebaran jalan. Tetapi kini, jangankan menambah lebar jalan untuk memberi ruang bagi lalu lintas Kota Semarang yang makin padat, wali kota kita sekarang sepertinya tidak sempat lagi untuk menambal jalan yang berlubang akibat tergerus air hujan dan rob.

f.        Model rangsangan
Contoh :
Ada hal yang menarik dari era reformasi saat ini. Kebebasan yang di masa Orde Baru dulu sangat kita dambakan, kini seperti menjadi bumerang bagi bangsa ini.


4)      Alinea Tubuh
a)      Model spiral, yakni dengan merinci pokok persoalan ke dalam alinea dan kemudian lebih merincinya ke dalam alinea-alinea berikutnya.
b)      Model penghubung, yakni dengan menghubungkan alinea satu dengan alinea lainnya dengna kata atau kalimat penegas (“akan tetapi”, “meski demikian”, “selain itu”, “jadi”, dst).
c)       Model tematik, yakni pokok pikiran yang terdapat dalam masing-masing alinea menjelaskan atau menegaskan teras / alinea pembuka.


5)      Alinea Penutup
a.       Model ringkasan, yakni dengan meringkas intisari persoalan yang sudah diuraikan dalam keseluruhan artikel.
b.      Model menggantung, yakni dengan membaut pernyataan / pertanyaan yang menyentak dan tidak selesai.
c.       Model simpulan, yakni dengan merumuskan antiklimaks dari keseluruhan persoalan yang telah ditulis dalam tubuh artikel.


Oleh karena itu, haruslah diperhatikan bahwa penguasaan gaya dan struktur penulisan di media massa biasanya ditentukan oleh kepiawaian dalam penggunaan bahasa Indonesia (gramatika, kosa kata, dan diksi), pengalaman menulis, serta penguasaan terhadap topik dan materi penulisan.






Sumber : Artikel ini saya dapatkan saat menghadiri Acara Jurnalistik oleh Koran Suara Merdeka.

Semoga bermanfaat J

1 komentar:

  1. terimakasih sharing nya sangat bermanfaat.. izin ambil referensi untuk mengajar ya..

    BalasHapus