Oleh :
© A. Zaini Bisri
[ Redaktur Pelaksana Harian Suara Merdeka; pemegang sertifikat
pelatih dari PWI Pusat; mantan Direktur Lembaga Pendidikan Wartawan PWI Jawa
Tengah ]
Gaya
Penulisan
Secara umum gaya bahasa penulisan
ilmiah populer dibedakan atas :
·
Gaya bahasa sastra
·
Gaya bahasa bukan sastra
(gaya bahasa fungsional)
Kedua gaya penulisan itu dapat
diperinci lagi menjadi :
1.
Gaya bahasa
pergaulan resmi
-
Bahasa komunikasi resmi
antara pejabat pemerintah dan rakyatnya.
-
Bersifat perintah, sering
berbelit-belit, bernuansa basa-basi.
2.
Gaya bahasa keilmuan
-
Bahasa kebenaran ilmu
beserta dalil-dalilnya yang logis dan objektif.
-
Karya ilmiah, hasil
penelitian, artikel jurnal ilmiah, dan materi/modul/hand out perkuliahan.
-
Jarang menggunakan ungkapan
literer, cenderung kering, miskin diksi, kurang variasi.
3.
Gaya bahasa media
massa / jurnalistik
-
Menginformasikan peristiwa
/ wacana yang faktual.
-
Berita dan artikel surat
kabar, majalah / tabloid.
-
Melukiskan peristiwa /
fakta secara lengkap dengan mengedepankan unsur 5 W (where, who, when, what,
why) dan 1 H (how), menyajikan lead (teras berita / artikel) secara menarik dan
cenderung memakai judul yang atraktif.
4.
Gaya bahasa
sehari-hari
-
Melaksanakan komunikasi
secara informal dan santai.
-
Bahasan pergaulan
sehari-hari.
-
Konstruksi kalimat longgar
(tidak membutuhkan kaidah gramatika), cenderung pendek-pendek (karena orang
yang diajak berbicara ada di depan mata / di seberang pesawat telepon).
Contoh
:
“Yuk,
kita pergi ke salon,” kata Tuti.
“Bentar
dong, aku masih ribet nih nyiapin sarapan buat bokap,”
jawab Wati.
5.
Gaya bahasa sastra
-
Mengekspresikan suatu
peristiwa / fakta secara naratif, subjektif, dan emosional.
-
Ekspresi tersebut
memunculkan kesan-kesan tertentu dalam bahasa yang digunakan.
-
Karya sastra (fiksi dan
puisi)
Contoh
:
a.
Malam itu wajahmu bagaikan bulan
yang dihias awan.
b.
Prestasinya terdongkrak
oleh dukungan orang tuanya.
Ø Unsur-unsur Pendukung Gaya Penulisan
Karena dewasa ini sulit menemukan
suatu karya jurnalistik yang hanya menggunakan satu jenis gaya bahasa,
melainkan kombinasi dari berbagai jenis gaya, maka artikel jurnalistik dapat
secara bervariasi menggunakan unsur-unsur pendukung gaya bahasa sebagai berikut
:
1.)
Perbandingan, yakni
membandingkan sesuatu dengan sesuatu yang lain untuk memperkuat gambaran.
Bentuk-bentuk perbandingan yang umum :
(a)
Perumpamaan
Contoh
: Wajahmu bagai pinang dibelah dua.
(b)
Metafora
Contoh
: Bicaramu amat menyayat hati.
(c)
Personifikasi
Contoh
: Tangismu melahirkan iba banyak orang.
(d)
Dipersonifikasi
Contoh
: Kalau kau jadi mejanya, aku jadi kaki mejanya.
(e)
Antitesis
Contoh
: Para koruptor berpesta di atas penderitaan rakyat.
(f)
Alegori
Contoh
: Jerry mempermainkan Tom tanpa rasa takut.
(g)
Pleonasme
Contoh
: Saya menyaksikan perampokan sadis itu dengan mata kepala saya sendiri.
2.)
Pertentangan, yakni
mempertentangkan / melebih-lebihkan sesuatu untuk memberi penekanan maksud.
Bentuk-bentuknya yang umum :
(a)
Hiperbola
Contoh
: Tubuh Bu Dewi sampai kurus kering memikirkan ulah suaminya.
(b)
Litotes
Contoh
: Ah, saya hanya pegawai kecil.
(c)
Ironi
Contoh
: Wah, kamu sekarang rajin ya, sudah jadi bos sih.
(d)
Paradoks
Contoh
: Pak Raden kegerahan ketika pertama kali menginap di Tawangmangu yang sejuk.
Struktur Penulisan
1)
Judul
Secara
teoritis, struktur artikel jurnalistik terdiri atas judul (head), teras (lead),
tubuh (body), dan penutup (ending).
Prinsip-prinsip
judul :
ü
Substansial, yakni
mencerminkan keseluruhan isi artikel.
ü
Esensial, yakni menampilkan
esensi utama dari topik artikel.
ü
Menarik.
Unsur-unsur yang dapat membuat sebuah
judul menarik adalah :
§
Menampilkan teka-teki atau
rasa penasaran pada pembaca, misalnya dengan membuat judul dalam kalimat
bertanya.
Contoh
:
a.
Berdosakah poligami? (atau
Poligami, berdosakah?)
b.
Benarkah istighotsah
menjamin siswa sukses UN?
§
Meminjamkan ungkapan yang
sudah dikenal.
Contoh
:
Jangan
ada dusta di antara kita
§
Melalui puitisasi ungkapan
yang wajar.
Contoh
:
Ketika musim pidana korupsi tiba
2)
Teras
Teras
(lead) biasanya diberlakukan pada struktur berita. Tetapi dalam artikel
jurnalistik, prinsip teras juga bisa diberlakukan dan letaknya menyatu dalam
alinea pembuka.
3)
Alinea pembuka
a.
Model kisah
Contoh
:
Malam
itu, sesosok tubuh ditemukan sudah tak bernyawa......
b.
Model pertanyaan
Contoh
:
Benarkah
Rahma Azhari puas dengan perceraiannya? Bukankah dia akhir-akhir ini mengaku
mulai kesepian? Menurut cerita dari seorang teman dekatnya,.......
c.
Model deskriptif
Contoh
:
Dari
pernyataan dan ungkapan para anggota Komisi III DPR RI yang melakukan fit and
proper test terhadap calon hakim Mahkamah Konstitusi, terkesan proses seleksi
itu betul-betul serius dan dapat dipertanggungjawabkan. Padahal, ternyata
mereka hanya kongkalikong dengan teman sendiri. Terbukti yang terpilih adalah
Mahfud MD (FPKB) dan Akil Mochtar (FPG) yang merupakan anggota Komisi III. Satu
lagi, Jimly Asshiddiqie, yang sudah terbukti kompetensinya, nyaris tak terpilih
kalau tidak didukung PPP.
d.
Model kutipan ucapan
terkenal
Contoh
:
Jangan
sekali-kali melupakan sejarah. Ungkapan Bung Karno ini, agaknya, masih relevan
untuk kita gunakan dalam menyelesaikan kemelut politik bangsa belakangan ini.
e.
Model sapaan
Contoh
:
Wahai
warga Semarang, jangan cepat melupakan masa-masa indah kita di masa
kepemimpinan Wali Kota Soetrisno Suharto dulu. Setiap hari ada pembenahan
selokan, pernertiban PKL, perbaikan dan pelebaran jalan. Tetapi kini, jangankan
menambah lebar jalan untuk memberi ruang bagi lalu lintas Kota Semarang yang
makin padat, wali kota kita sekarang sepertinya tidak sempat lagi untuk
menambal jalan yang berlubang akibat tergerus air hujan dan rob.
f.
Model rangsangan
Contoh
:
Ada
hal yang menarik dari era reformasi saat ini. Kebebasan yang di masa Orde Baru
dulu sangat kita dambakan, kini seperti menjadi bumerang bagi bangsa ini.
4)
Alinea Tubuh
a)
Model spiral, yakni dengan
merinci pokok persoalan ke dalam alinea dan kemudian lebih merincinya ke dalam
alinea-alinea berikutnya.
b)
Model penghubung, yakni
dengan menghubungkan alinea satu dengan alinea lainnya dengna kata atau kalimat
penegas (“akan tetapi”, “meski demikian”, “selain itu”, “jadi”, dst).
c)
Model tematik, yakni pokok
pikiran yang terdapat dalam masing-masing alinea menjelaskan atau menegaskan
teras / alinea pembuka.
5)
Alinea Penutup
a.
Model ringkasan, yakni
dengan meringkas intisari persoalan yang sudah diuraikan dalam keseluruhan
artikel.
b.
Model menggantung, yakni
dengan membaut pernyataan / pertanyaan yang menyentak dan tidak selesai.
c.
Model simpulan, yakni
dengan merumuskan antiklimaks dari keseluruhan persoalan yang telah ditulis
dalam tubuh artikel.
Oleh
karena itu, haruslah diperhatikan bahwa penguasaan gaya dan struktur penulisan
di media massa biasanya ditentukan oleh kepiawaian dalam penggunaan bahasa
Indonesia (gramatika, kosa kata, dan diksi), pengalaman menulis, serta
penguasaan terhadap topik dan materi penulisan.
Sumber : Artikel ini saya dapatkan saat menghadiri
Acara Jurnalistik oleh Koran Suara Merdeka.
Semoga bermanfaat J
terimakasih sharing nya sangat bermanfaat.. izin ambil referensi untuk mengajar ya..
BalasHapus